Jumat, 07 Desember 2018

PROPOSAL KERJA PRAKTEK



PROPOSAL
KERJA PRAKTEK
(TSI-480)




Oleh :


1.    Supriono Sitanggang        17316193





Koordinator Kerja Praktek :
Ir. Elim Hasan, M.Arch









JURUSAN TEKNIK SIPIL- FAKULTAS TEKNIK & PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADRAMA
DEPOK
2018






Data Diri

1.    Nama                 :   Supriono Sitanggang
NPM                  :   17316193
Tmpat/tgl lahir   :   Samosir / 20 Februari 1997
Alamat               :   Jl.Cagar alam Selatan 004/008 No.8
No.Hp                :   082166556467
Email                 :   suprionostg@gmail.com

































Profil
River Improvement of Lower Reaches of Anai River, Padang Sub Project (Package-1)

1.1.            Latar Belakang Kerja Praktek
Pemahaman terhadap praktek lapangan sangat diperlukan bagi lulusan teknik sipil, karena dapat memperkaya serta memperdalam teori di bangku kuliah dan praktik di laboratorium. Selain itu juga berguna bagi mahasiswa dalam menghadapi situasi dunia kerja. Pemahaman yang baik terhadap kondisi lapangan membantu mahasiswa tidak canggung ketika berada di dalam dunia pekerjaan lapangan.
            Kerja Praktek merupakan salah satu sarana penting bagi mahasiswa yang bertujuan untuk mempelajari aplikasi perkerjaan konstruksi mulai dari proses gagasan menjadi wujud fisik bangunan. Melalui Kerja Praktek, mahasiswa dapat meningkatkan apresiasinya terhadap pelaksanaan konstruksi sebagai aplikasi dari teori-teori yang didapat pada perkuliahan, yang mana proyek sebagai laboratorium nyata, tempat mahasiswa dapat mendalami proses perencanaan, dokumen konstruksi, proses pelaksanaan, manajeman dan metoda pelaksanaan konstruksi serta batasan langsung tanggung jawab perusahaan jasa konstruksi yang mencakup konsultan perencana, kontraktor dan konsultan pengawas.
Khusus bagi mahasiswa Teknik Sipil, Kerja Praktek dirasa sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan pemahaman dan menambah pengalaman dalam melaksanakan proyek-proyek konstruksi.

1.2.            Objek Kerja Praktek
Objek Kerja praktek yang dilakukan yaitu pada River Improvement of Lower Reaches of Anai River, Padang Sub Project (Package-1).Pengamatan yang dilakukan difokuskan pada metode konstruksi yang digunakan pada proyek tersebut serta manajemen proyek yang dipakai pada pelaksanaan proyek tersebut.



1.3.            Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek
            Dalam pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di perkuliahan secara baik dan benar di lapangan dan mengetahui barbagai macam permasalahan yang ada di lapangan berikut dengan cara penyelesiannya. Selain itu juga untuk memahami bagaimana suatu metoda konstruksi berjalan di lapangan.

1.4       Data Proyek
Pada sub bab ini, akan dibahas mengenai data Proyek River Improvement of Lower Reaches of Anai River, Padang Sub Project (Package-1) yang meliputi data umum proyek dan data teknis proyek.

1.4.1        Data Umum Proyek
Data-data umum
Nama Proyek                    :   River Improvement of Lower Reaches of Anai River, Padang Sub Project (Package-1)
Lokasi                               :   Padang Pariaman
No. Kontrak                      :   KU.08.08/03/BWS.SV-PJSA.SV/SP.I/II/2013
Nilai Kontrak                    :   Rp.123.635.992.000,-
Sumber Dana                    :   LOAN JBIC IP-551
Kontraktor                        :   PT. SAC NUSANTARA
                                              PT. NINDYA KARYA (Persero)
                                              PT. NUSA KONSTRUKSI ENJINIRING, Tbk-JO
Konsultan Supervisi          :   YACHIYO ENGINEERING . CO., LTD. And Associates
Waktu Pelaksanaan           :   910 (Sembilan Ratus Sepuluh) Hari Kalender



Lingkup Pekerjaan            :  
1.      Pekerjaan Pengerukan / Dridging Works
2.      Pemasangan CCSP ( Corrugated Concrete Sheet Pile) / Turap Beton
3.      Pemasangan Boulder di sisi kiri dan sisi kanan sungai

1.4.2        Data Teknis Proyek
Data-data teknis Proyek River Improvement of Lower Reaches of Anai River, Padang Sub Project (Package-1)  adalah sebagai berikut :
Panjang Total Pekerjaan      :  4,1 Km           

1.5       Lingkup Kerja Praktek
Kegiatan–kegiatan Kerja Praktek yang dilaksanakan :
1.     Observasi lapangan, mengamati kegiatan pekerjaan proyek di lapangan.
2.     Konsultasi mengenai metoda dan manajemen proyek yang dipakai pada proyek tersebut.

3.    Pada kegiatan kerja praktek yang akan dilakukan, kami akan mengamati pemasangan CCSP( Corrugated Concrete Sheet Pile) dan pemasangan Boulder.

KONDISI PROYEK SAAT INI

Pemasangan Boulder di tepi sungai Batang Anai


Pemasangan CCSP dengan Vibro Water Jet     


PETA LOKASI







Analisis Sistematika Penulisan


Analisis Sistematika Penulisan

JURNAL PERTAMA
EVALUASI KAPASITAS SALURAN DRAINASE PERKOTAAN
(Studi Kasus : Daerah Tangkapan Air Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta)
Penulis: Rinaldy Saputro,Slamet Suprayogi



Abstrak
Pada jurnal bagian abstrak ini penulisannya sudah lengkap yaitu terdapat latar belakang, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan. Penulis sudah menjelaskan secara lengkap, jelas dan padat mengenai isi jurnal pada bagian ini. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah mengenai keberhasilan suatu proyek dan kaitannya terhadap sasaran proyek (tepat biaya, tepat waktu dan tepat mutu). Menurut penulis dengan melakukan manajemen risiko diharapkan sasaran proyek yang tepat biaya, tepat waktu dan tepat mutu dalam pembangunan infrastruktur bangunan gedung bisa terwujud.

Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini, penulis mengidentifikasi berbagai risiko beserta hasil penilaian risiko yang mungkin terjadi pada proyek pembangunan, serta mengidentifikasi agen risiko/ penyebab risiko. Penulis dengan detil menjelaskan mengenai peringkat kejadian risiko beserta agen risiko dan pola hubungan seperti apa yang terjadi diantara keduanya. Dengan berbagai metode yang dilakukan penulis, akhirnya penulis mendapatkan hasil bahwa kejadian risiko dengan peringkat tertinggi adalah proses pengadaan sumberdaya yang terhenti dan belum adanya penjadwalan ulang. Berdasarkan seluruh kejadian risiko dan agen risiko yang telah diteliti, penulis juga membuat aksimitigasi untuk menangani kejadian-kejadian tersebut.

Kesimpulan
Penulis menjelaskan kesimpulan jurnal dengan menerangkan hubungan antara kejadian risiko, agen risiko, dan agen mitigasi untuk empat kejadian risiko dengan peringkat tertinggi.

Kelebihan
Penjelasan materi penelitian dalam jurnal ini sangatlah detil dan terarah. Termasuk jenis penulisan yang baik karena penulis dapat memberikan solusi yang jelas untuk setiap permasalahan yang ada.

Kekurangan
Kurangnya korelasi antara judul dengan isi jurnal. Karena isi jurnal lebih kepada permasalahan dan solusi di proyek secara umum (tidak hanya bangunan gedung bertingkat).Tidak adanya penjelasan mengenai batasan masalah penulisan jurnal.

JURNAL KEDUA
Perencanaan Bendungan Matenggeng di Kabupaten Cilacap        
Penulis : Bernard Septian, Sri Sangkawati dan Sutarto Edhisono.

AbstrakPada jurnal bagian abstrak ini penulisannya sudah lengkap yaitu terdapat latar belakang, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan. Tujuan penulis membuat jurnal ini untuk menjelaskan potensi Sungai Cijolang untuk dikembangkan dengan membangun Bendungan Matenggeng. Bendungan Matenggeng diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan air baku di delapan kecamatan, kebutuhan air irigasi untuk D.I. seluas 7.175 ha dan tenaga listrik.
Hasil dan Pembahasan  
Pada bagian ini, penulis mengidentifikasi Hasil pembahasan yaitu  Bendungan  Matenggeng dibangun dengan kapasitas tampungan sebesar 66.535.882,12 m3. Bendungan ini dapat menyuplai air baku di delapan kecamatan dengan proyeksi selama 50 tahun dan daerah irigasi sawah eksisting maupun pembukaan sawah baru dengan luas total 7.715 ha. Bendungan dibangun menggunakan tipe bendungan urugan batu dengan inti lempung, karena ketersedian material batuan yang mencukupi disekitar lokasi bendungan.

Kesimpulan
Penulis menjelaskan kesimpulan dari permasalahan yang melanda masyarakat Indonesia yaitu kesulitan mencari air bersih saat musim kemarau tiba dengan cara infrastruktur bendungan yang layak teknik, ekonomi, sosial dan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Kelebihan
 Pembaca dapat menyimpulkan dengan mudah apa tujuan dari potensi Sungai Cijolang untuk dikembangkan dengan membangun Bendungan Matenggeng.

Kekurangan
Tahap-tahap pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam kegiatan ini tidak disebutkan secara jelas akan tetapi pembaca menyimpulkan beberapa data diperoleh dari stasiun pengamatan hujan.

JURNAL KETIGA

Pengaruh Lebar Pondasi Dan Jarak Lapis Geogrid Ke Pondasi Terhadap Daya Dukung Tanah Pasir Pada Pondasi Menerus.
Oleh : Muhammad Satria Bayu Aji, Arief Rachmansyah, As’ad Munawir.
Link Jurnal : http://sipil.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jmts

Abstrak 
Pada jurnal ini bagian abstrak, penulis sudah cukup jelas dalam menjelaskan latar belakang masalah penulisan jurnal tersebut. Tujuan dari jurnal tersebut yaitu untuk mengetahui variasi yang mempengaruhi kinerja geogrid agar dihasilkan peningkatan daya dukung yang maksimum serta bertujuan untuk menyajikan hasil penelitian tentang pengaruh lebar pondasi dan jarak geogrid ke pondasi terhadap daya dukung tanah pasir. 

Hasil dan Pembahasan

Dalam penjelasannya, sang penulis berkata bahwa geogrid terbukti mampu meningkatkan daya dukung tanah pasir. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi yang mempengaruhi kinerja geogrid agar dihasilkan peningkatan daya dukung tanah pasir yang maksimum. Dengan demikian geogrid berfungsi sebagai material perkuatan tanah yang kuat terhadap gaya tarik. Bentuknya berupa lembaran jaring yang mempunyai lubang bukaan dengan ukuran tertentu sesuai tipenya. Geogrid berperan sebagai elemen tarik apabila tanah diatasnya dibebani. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa memang benar bahwa geogrid berfungsi sebagai material untuk perkuatan tanah terhadap daya tarik, rumus yang di gunakan juga telah sesuai sehingga dihasilkan grafik yang sesuai pula untuk mengetahui daya tahan tanah itu sendiri.

Kesimpulan
Inti dari semua penelitian ini yaitu semakin besar jarak lapis pertama geogrid ke pondasi, maka daya dukung tanah pasir semakin besar. Dengan demikian pondasi akan memiliki pijakan yang kokoh untuk menahan beban yang diberikan.

JURNAL KEEMPAT

Beton Ringan (Lightweight Concrete)

Oleh : Kadek Bagus Widana Putra
Link Jurnal : http://pustaka-ts.blogspot.com/2010/08/beton-ringan-lightweight-concrete.html

Abstrak 
Pada jurnal ini bagian abstrak, penulis sudah cukup jelas dalam menjelaskan latar belakang masalah penulisan jurnal tersebut. Tujuan dari jurnal tersebut yaitu Penggunaan beton pada gedung dilakukan dalam rangka menghemat pengeluaran dalam suatu proses konstruksi. Selain harganya yang terjangkau beton juga memiliki kuat tekan yang tinggi.

Hasil dan Pembahasan
  • Beton ringan lebih mudah diperoleh karena jumlah produksi yang cukup banyak dalam sehari.
  • Beton ringan lebih ramah lingkungan dan ekonomis, karena bahan – bahan yang digunakan merupakan bahan yang tidak bermanfaat untuk lingkungan dan jumlahnya sangat banyak.
  • Proses pembuatan beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete secara kimiawi lebih sering digunakan.
  • Secara totalitas pengunaan beton ringan lebih mudah dan efektif dibandingkan beton pada umumnya (dalam hal tertentu).
Kelebihan
  • Beton ringan lebih ramah lingkungan dan ekonomis, karena bahan – bahan yang digunakan merupakan bahan yang tidak bermanfaat untuk lingkungan dan jumlahnya sangat banyak.
  • Proses pembuatan beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete secara kimiawi lebih sering digunakan.

Kekurangan
  • Dalam pemasangan beton ringan, sebaiknya menggunakan tukang yang memiliki keahlian tambahan.
  • Gunakan Autoclave Chamber dalam proses pengeringan.



JURNAL KELIMA

Perencanaan Struktur Gedung Menara BRI Semarang
Penulis : Linda Permatasari, Rahadhiyan Putradan Hardi Wibowo
Link Jurnal : http://www.e-jurnal.com/2016/08/perencanaan-struktur-gedung-menara-bri.html

 Abstrak
Pada jurnal  bagian abstrak ini, penulis sudah cukup jelas dalam menjelaskan latar belakang masalah penulisan jurnal tersebut. Tujuan dari jurnal tersebut yaitu untuk memanfaatkan lahan yang minim untuk pembangunan gedung bertingkat tinggi tetapi tetap memperhatikan gaya gempa agar tidak menyebabkan resiko yang berarti.

Hasil dan pembahasan
Hasil pembahasan yang dilakukan penulis yaitu menurut SNI 03-1726- 2012 pasal 7.2.5.5, Gedung Menara BRI Semarang termasuk dalam kategori desain seismic tipe D, sehingga didesain menggunakan Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Dari hasil analisis program SAP2000 V.14, ragam pertama dan kedua pada struktur gedung dominan translasi, sehingga perencanaan sudah sesuai dengan persyaratan. Dari hasil analisis program SAP2000 V.14 didapatkan nilai waktu fundamental awal Tx = 1,456 detik dan Ty = 1,396 detik, yang lebih kecil daripada Tmax = 1,472 detik, sehingga sudah memenuhi persyaratan.

Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa keberadaan Indonesia di wilayah zona gempa bumi ini menyebabkan kebutuhan akan bangunan tahan gempa sangat diperlukan. Perencanaan struktur gedung menara BRI Semarang menggunakan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, sedangkan analisis beban gempa menggunakan metode spektrum respon berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012). Perencanaan struktur gedung menara BRI Semarang menggunakan metode Strong Column Weak Beam (Kolom Kuat Balok Lemah).

Kelebihan
- Kalimat yang digunakan dalam penulisan jurnal ini sudah sangat jelas dan detail.
- Penentuan judulnya sangat tepat karena saat ini gedung bertingkat sangat dibutuhkan mengingat semakin besarnya kebutuhan gedung perkantoran serta minimnya lahan yang ada.

Kekurangan
-  Pada tahap-tahap pengumpulan data penulis tidak menjelaskan di dalam jurnal sehingga pembaca tidak tahu data-data di dalam jurnal tersebut berasal dari mana saja.

Kamis, 08 November 2018

STUDY KASUS AMDAL DI INDONESIA


STUDY KASUS AMDAL DI INDONESIA



I. Pendahuluan                         
Globalisasi ekonomi, politik dan sosial membawa hubungan antar negara semakin dekat dan erat serta membawa dampak yang positif maupun negatif bagi suatu negara. Salah satu akibat yang paling nyata dari globalisasi adalah berkembangnya perusahaan-perusahaan multinasional didunia.Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar tidak lepas dari sasaran investasi perusahaan-perusahaan tersebut. Tetapi dengan masuknya perusahaan-perusahaan tersebut membawa akibat yang positif maupun negatif di indonesia.Salah satu akibat yang negatif hasil produksi dari perusahaan tersebut adalah banyaknya hasil produksi yang diproduksi tanpa memikirkan kendala yang akan dihadapi dikemudian hari.
Pada dasarnya semua usaha dan pembangunan menimbulkan dampak dikemudian hari. Perencananaan awal suatu usaha atau kegiatan pembangunan sudah harus memuat perkiraan dampaknya yang penting dikemudian hari, guna dijadikan pertimbangan apakah rencana tersebut perlu dibuat penanggulangan dikemudian hari atau tidak.Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana dalam rangka mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, guna mencapai tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa indonesia. Pembangunan tersebut dari masa kemasa terus berlanjut guna memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat.
Alam mempunyai hukumnya sendiri, segala sesuatu akan kembali kepada siklus alam walaupun bahan sintesis hasil rekayasa manusia seperti plastik, tetapi akan menimbulkan masalah yang sangat besar terhadap bahan tersebut dikemudian hari jika sudah tidak dimanfaatkan lagi.Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola hidup masyarakat, kecepatan teknologi dalam menyediakan barang secara melimpah ternyata telah menimbulkan masalah-masalah baru yang sangat serius yaitu adanya barang yang sudah terpakai dan sudah tidak digunakan dan mengakibatkan timbulnya sampah.
II. Pokok Permasalahan
1. Bagaimana Dampak Sampah terhadap Lingkungan dan masyarakat?
2. Bagaimana sistem pengelolaan dan kebijakan pemerintah terhadap sampah di daerah bekasi dan sekitarnya?
III. Data dan Fakta
Bahwa,di kawasan Bantar Gebang Bekasi menyebutkan, akibat dijadikan kawasan tersebut sebagai TPA, warga di sekitar menderita yang tiada berujung. Dampak, seperti Penyakit ISPA, Gastritis, Mialgia, Anemia, Infeksi kulit, Kulit alergi, Asma, Rheumatik, Hipertensi, dan lain-lain merupakan hasil penelitian selama kawasaan tersebut dijadikan TPA.
Hasil perhitungan berdasarkan jumlah penduduk,jumlah limbah domestik dari rumah tangga adalah sebesar 2.915.263.800 ton/tahun atau 5900 – 6000 ton/hari; lumpur dari septic tank sebesar 60.363,41 ton/tahun dan yang bersumber dari industri pengolahan sebesar 8.206.824,03 ton/tahun.
penanganan kebersihan di wilayah DKI Jakarta dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta, dengan jumlah sarana dan prasarana yang terdiri dari tonk sebanyak 737 buah (efektif : 701 buah); alat-alat besar : 128 buah (efektif : 121 buah); kendaraan penunjang : 107 buah (efektif : 94 buah), sarana pengumpul/pengangkutan sampah dari rumah tangga : gerobak sampah : 5829 buah; gerobak celeng : 1930 buah, galvanis : 201 buah.
Sampah yang diangkut dari Lokasi Penampungan Sementara (LPS) akan diolah di Tempat Pemusnahan Akhir (TPA). TPA yang sekarang adalah TPA Bantar Gebang, Bekasi dengan luas yang direncanakan 108 Ha. Status tanah adalah milik Pemda DKI Jakarta dan sistim pemusnahan yang dilaksanakan adalah “sanitary landfill”. Luas tanah yang sudah dipergunakan sebesar 85 persen, sisanya ± 15 persen diperkirakan dapat menampung sampah sampai tahun 2004, sehingga Pemda DKI Jakarta saat ini sudah mencari alternatif-alternatif lain sistim penanganan sampah melalui kerjasama dengan pihak swasta.
Akibat operasional yang tidak sempurna, maka timbul pencemaran terhadap badan air di sekitar LPA dan air tanah akibat limbah serta timbulnya kebakaran karena terbakarnya gas methan. Untuk mengatasi hal ini Dinas Kebersihan telah melakukan kegiatan-kegiatan antara lain :
1. Menambah fasilitas Unit Pengolahan Limbah dan meningkatkan efisiensi pengolahan sehingga      kualitas limbah memenuhi persyaratan untuk dibuang.
2. Meningkatkan/memperbaiki penanganan sampah sesuai dengan prosedur “sanitary landfill”.
3. Membantu masyarakat sekitar LPA dengan menyediakan air bersih, Puskesmas dan ambulance.
4. Mengatur para pemulung agar tidak mengganggu operasional LPA.
Besarnya beban sampah tidak terlepas dari minimnya pengelolaan sampah dari sumber penghasil dan di tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Baru sekitar 75 m3 yang didaur ulang atau dibuat kompos. Sementara itu, sisanya sekitar 60% dibuang begitu saja tanpa pengolahan ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dan, 30% dibiarkan di TPS. Tak heran bila sampah akan menumpuk di TPA. Akibatnya, daya tampung TPA akan menjadi cepat terpenuhi.
IV. Analisa
1. Dampak Sampah terhadap Lingkungan dan masyarakat
Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat.Sesuai dengan ketentuan tersebut bahwa setiap orang berhak menolak dengan adanya hal-hal yang dapat merugikan kesehatan baginya. Dalam hal ini, Tidak ada teknologi yang dapat mengolah sampah tanpa meninggalkan sisa. Oleh sebab itu, pengelolaan sampah selalu membutuhkan lahan sebagai tempat pembuangan ahir.
Dengan adanya tempat pembuangan sampah di suatu daerah, biasanya akan mempengaruhi kesehatan dan lingkungan bagi warga sekitarnya. Seperti contoh yang terjadi di TPA bantar gebang, dengan adanya TPA maka warga sekitarnya TPA menuai derita yang tiada berujung. Dampak, seperti Penyakit ISPA, Gastritis, Mialgia, Anemia, Infeksi kulit, Kulit alergi, Asma, Rheumatik, Hipertensi, dan lain-lain merupakan hasil penelitian di Bantar Gebang selama kawasaan tersebut dijadikan TPA.
Dengan adanya TPA tersebut juga dapat merusak lingkungan dan ekologi disekitarnya. beberapa kerusakan lingkungan yang hingga kini tidak bisa ditanggulangi akibat sebuah kawasan ekologi dijadikan TPA antara lain: pencemaran tanah dimana Kegiatan penimbunan sampah akan berdampak terhadap kualitas tanah (fisik dan kimia) yang berada di lokasi TPST dan sekitarnya. Tanah yang semula bersih dari sampah akan menjadi tanah yang bercampur dengan limbah/sampah, baik organik maupun anorganik baik sampah rumah tangga maupun limbah industri dan rumah sakit. Tidak ada solusi yang konkrit dalam pengelolaannya, maka potensi pencemaran  tanah secara fisik akan berlangsung dalam kurun waktu sangat lama.
2. Sistem Pengelolaan Sampah Dan Kebijakan Pemerintah.
Alam secara fisik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dalam mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat menjadi tidak baik dan tidak sehat dan dapat pula sebaliknya, apabila pemanfaatanya tidak sesuai dengan kemampuan serta melihat situasinya.Begitu pula dengan sampah, dapat membuat hidup jadi tidak sehat. Karena itu sampah harus dapat diolah dengan baik agar tidak menimbulkan berbagai penyakit.
Faktor internal yang tidak kalah pentingnya adalah masalah minimnya kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab utamanya adalah selama ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of pipe solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber.
Kedua, faktor penyebab secara EKSTERNAL. Faktor penyebab eksternal yang paling klasik terdengar adalah minimnya lahan TPA yang hingga saat ini memang menjadi kendala umum bagi kota-kota besar. Akibatnya, sampah dari kota-kota besar ini sering dialokasikan ke daerah-daerah satelitnya seperti TPA Jakarta yang berada di daerah Bekasi, Depok, dan Tangerang serta TPA Bandung yang berada di Cimahi atau di Kabupaten Bandung. Alasan eksternal lainnya yang kini santer terdengar di media massa adalah aksi penolakan keras dari warga sekitar TPA yang merasa sangat dirugikan dengan keberadaan TPA di wilayahnya.Salah satu kelemahan pengelolaan sampah di TPA adalah masalah minimnya kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab utamanya adalah selama ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of pipe solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber.
 Secara umum, pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah sampah seharusnya mempunyai rencana pengelolaan lingkungan hidup yang baik bagi warga sekitar. Dimana dalam menyusun pengelolaan lingkungan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan dan tidak dapat dipisahkam yaitu:
a. Siapa yang akan melakukan pengelolaan lingkungan dan pengelolaan lingkungan apa yang harus dilakukan
b. Sesuai dengan dampak yang diduga akan terjadi, maka akan ditetapkan cara pengelolaan yang bagaimana yang akan dilakukan atau teknologi apa yang akan digunakan agar hasilnya sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah
c. Karena berbagai institusi termasuk pemilik proyek yang akan melakukan pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu, maka teknologi yang akan digunakan tergantung pada kemampuan biaya yang akan dikeluarkan, terutama kemampuan dari pemilik proyek sebagai sumber pencemar.
Permasalahan umum yang terjadi pada pengelolaan sampah kota di TPA , khususnya kota-kota besar adalah adanya keterbatasan lahan, polusi, masalah sosial dan lain-lain. Karena itu pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
  • Memanfaatkan lahan yang terbatas dengan efektif
  • Memilih teknologi yang mudah, dan aman terhadap lingkungan
  • Memilih teknologi yang memberikan produk yang bisa dijual dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat
  • Produk harus dapat terjual habis.
Karena itu, untuk memenuhi kriteria tersebut diatas, teknologi yang layak dalam pengelolaan sampah di TPA bantar gebang dan untuk diterapkan adalah kombinasi dari berbagai teknologi serta penunjang lainya yaitu :
  • Teknologi landfill untuk produksi kompos dan gas metan
  • Teknologi anaerobik komposting dranco untuk produksi gas metan dan kompos
  • Incinerator untuk membakar bahan anorganik yang tidak bermanfaat serta pengeringan kompos
  • Unit produksi tenaga listrik dari gas metan
  • Unit drainase dan pengolah air limbah
Dalam menangani masalah sampah dikota jakarta, pemerintah dalam hal ini membuat kebijakan-kebijakan, dimana masalah sampah tersebut juga merupakan masalah lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan hidup merupakan masalah pemerintah dan juga masyarakat, namun perlu disadari untuk semua hal yang berkaitan dengan jenis pencemaran (sampah) atau perusakan lingkungan telah dijadikan permasalahan, dimana faktor penyebabnya antara lain:
  • Kurangnya kesadaran masyarakat.
  • Kurangnya masyarakat dalam melakukan tindakan.
  • Kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani masalah lingkungan.
  • Keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintah.
Dengan mencermati permasalahan yang terjadi maka pemerintah mencoba berbagai terobosan yang efektif dan efisien (tepat guna dan tepat sasaran). Sejauh ini, berbagai solusi terus-menerus diupayakan meskipun dalam perkembangannya berbagai kendala kerapkali dijumpai. Solusi-solusi yang sejauh ini telah diupayakan melalui sejumlah program kerja antara lain dalah pelaksanaan regionalisasi pengelolaan sampah melalui program GBWMC (Great Bandung Waste Management). Terdapat 4 poin dalam nota kesepahaman itu, yaitu :
  • pengelolaan sampah bersama secara terpadu di kawasan Bandung metropolitan
  • membentuk wadah yang mandiri dalam pengelolaan sampah terpadu
  • percepatan pembentukan wadah mandiri dengan membentuk tim perumus yang terdiri dari 5 wilayah tersebut
  • nota kesepahaman ini berlaku hingga terbentuknya wadah yang mandiri tersebut
V. KESIMPULAN
Dalam tulisan ini dari uraian yang disampaikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan adanya tempat pembuangan sampah di suatu daerah, biasanya akan mempengaruhi kesehatan dan lingkungan bagi warga sekitarnya, disamping itu juga mempengaruhi atau merusak ekologi disekitarnya yang diantaranya adalah terjadinya pencemaran air, udara, tanah. Dan akibat dari pencemaran tersebut warga sekitar mudah terserang penyakit.

2. Sistem pengelolaan sampah yang digunakan ini sudah ketinggalan zaman yang salah satunya menggunakan landfill system dimana dalam sistem tersebut membutuhkan lahan yang luas untuk sampah. Disamping itu pemerintah harus dapat membuat kebijakan baik internal maupun eksternal. Faktor Internal dimana minimnya kesadaran warga untuk bertanggung jawab terhadap permasalahan sampah di lingkungan rumah tangganya sendiri, rendahnya SDM. Sedangkan yang mempengaruhi faktor eksternal adalah minimnya lahan pembuangan sampah serta tidak ketatnya pemerintah baik pusat maupun daerah membuat aturan masalah sampah.


STUDI KASUS KLAIM KONSTRUKSI

KLAIM KONS T RU K SI S T U DI KAS U S PROYEK DI P A PUA By: Supriono STG_17316193 Kl a im b isa t i mb u l an t a ra pa ra p i...